Kamis, 30 Juli 2009

sebuah renungan
: Memahami Hidup

Masalah bisa kita definisikan sebagai suatu keadaan di mana apa yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan. Dan di dalam kehidupan ini siapa pun kita pasti pernah mengalami keadaan
ini. Setiap kita pasti pernah mengalami keadaan di mana harapan-harapan kita seperti membentur

tembok-tembok kenyataan yang kejam. Dan harapan seringkali menjadi mimpi-mimpi yang
menyesakkan. Cobaan datang silih berganti dan kegagalan selalu membayangi langkah-langkah
diri. Pikiran dipenuhi tanda-tanya dan kegelisahan yang menghimpit dada. Dan sekali lagi, dalam
hidup yang selalu bergerak ini, tidak ada orang yang imun, bebas dari masalah hidup dan
kehidupan.

Menghadapi masalah dan cobaan hidup, banyak ragam sikap yang ditunjukkan oleh orang yang
mengalami masalah ini. Bagi orang yang masih memiliki pegangan iman dan pandangan jauh ke
depan, masalah dan cobaan dapat dipandangnya sebagai ujian yang akan dihadapinya dengan
kesabaran dan kemudian akan mengantarkannya menjadi hamba yang lulus dalam cobaan
kehidupan. Untuk orang-orang seperti ini, Allah SWT menegaskan bahwa ‘mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-
orang yang mendapat petunjuk’ (QS. Al Baqarah [2]:157)


Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru tidak dapat menerima cobaan berupa masalah ini,
tidak dapat menghadapi masalah yang menimpa mereka. Stress berlebihan dan salah pelarian
membuat mereka semakin terpuruk dalam kubangan masalah yang tak terpecahkan. Mereka akan
semakin sulit keluar dari cengkeraman masalah yang dihadapinya. Sikap mereka telah melahirkan
masalah baru di atas masalah lama. Ini membuat mereka semakin terpuruk. Yang lebih parah
kemudian, banyak di antara mereka yang menghujat Tuhan. Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan kasih sayang tak terhingga mereka anggap tidak adil karena menimpakan
masalah yang bertubi-tubi dan tak terpecahkan.

Padahal sebenarnya, kalau mau sedikit merenung dengan hati dingin tanpa emosi berlebihan dan
mengedepankan sabar untuk dapat berpikir dengan dada lapang, maka kita akan temukan bahwa
hidup ini persis seperti rajutan sulaman. Kadang-kadang karena ketidakpahaman kita terhadap
keinginan si tukang sulam, tidak paham mengenai pola apa yang sedang dibuatnya, sewaktu
belum jadi dan kebetulan menemukan warna-warna gelap, kita akan cenderung protes. Kita
anggap si tukang sulam tidak adil karena menempatkan warna-warna yang salah. Ini semata-mata


karena keterbatasan pengetahuan kita tentang desain dan materi sulaman. Seandainya
pengetahuan kita sama dengan pengetahuan si tukang sulam, mungkin kita tidak akan terlalu
banyak protes. Sayangnya kita tidak mengetahui desain apa yang sedang dibuat oleh si tukang
sulam ini. Baru setelah jadi, setelah kita dapat melihat barulah kita mengakui keindahan sulaman
itu.


Demikian juga hidup ini. Warna-warna hidup tidak pernah seragam tetapi selalu berubah-ubah.
Berbagai warna menyatu dan membentuk susunan yang saling melengkapi. Ada kalanya yang
lebih dominan warna bahagia, tetapi seringkali warna yang diselipkan adalah warna-warna duka.
Di sinilah dibutuhkan suatu keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT sedang menghiasi sulaman
hidup kita dengan warna berbeda-beda untuk mempertegas keindahan hasil sulaman pada
akhirnya.


Pemahaman yang perlu ditanamkan dalam menghadapi hidup ini adalah pemahaman bahwa apa
saja yang ditentukan oleh Allah itulah yang terbaik bagi kita. Inilah husnodzon, berbaik sangka
terhadap apa saja ketentuan Ilahi. Cobaan dan masalah mengharuskan kita untuk bersabar dan
berbaik sangka bukan menyesali bukan pula berputus asa.


Yakinlah bahwa Allah SWT tidak membebani seorang hamba melainkan sesuai dengan
kesanggupan hamba tersebut untuk menanggungnya (QS. Al Baqarah [2]:286). Bahkan melihat
pernyataan Ilahi ini, seharusnya kita dapat berbangga dengan beratnya cobaan yang kita hadapi.
Itu artinya Allah SWT masih menganggap kita mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang
dibebankan kepada kita.


Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.
Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada

kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami,
maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir

(QS.Al Baqarah [2]:286). Amien

Billahittaufiq Wal Hidayah


disunting dari perpustakaan digital,yang dibeli dari pameran di DT Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar